Tuesday, November 9, 2010

Biarkan Ia Tetap Diam..

Bila belum sedia melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam ...
kerana diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya ...
kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya..

kerana diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu.. menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ..

kerana diammu bukti kesetiaanmu padanya ..
kerana mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah ALLAH swt. pilihkan untukmu ...

ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan ALi ?
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan ...
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah..

kerana dalam diammu tersimpan kekuatan ... kekuatan harapan ...
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata ...
bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padanya ?

dan jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,
biarkan ia tetap diam ...

jika dia memang bukan milikmu, pasti Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat ...

biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahsia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu ...

NB. Postingan temannya Aldiansyah
(Share by: Arytha Rusianty)

Andai Kata Lebih Panjang Lagi.. Andai Kata Masih Baru Lagi.. Andai Kata Semuanya..

Suatu hari Rasulullah s.a.w. menghantar jenazah seorang sahabat sampai ke kubur. Apabila Baginda kembali, beliau singgah sebentar untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap sabar dan tawakkal menerima musibah itu.

Kemudian, Rasulullah s.a.w. berkata, "Tidakkah Allahyarham mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?"

Si balu menjawab, "Aku mendengar dia mengatakan sesuatu di antara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal."

"Apa yang dikatanya?"

"Aku tak tahu, ya Rasulullah, apakah ucapannya itu sekadar rintihan sebelum mati, atau pekikan pedih kerana dahsyatnya Sakaratul Maut. Cuma, ucapannya memang payah difahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong."

"Bagaimana bunyinya?" desak Rasulullah s.a.w..

"Dia mengatakan andai kata lebih panjang lagi, andai kata masih baru, andai kata semuanya…, hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya.

Rasulullah s.a.w. tersenyum.

"Sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru. Suatu dia sedang bergegas untuk ke masjid untuk melaksanakan solat Jumaat. Di tengah jalan, dia berjumpa dengan seorang buta dengan tujuan yang sama. Maka, suamimu memimpinnya hingga sampai ke masjid. Tatkala, hendak menghembuskan nafas penghabisan, dia menyaksikan pahala amal solehnya itu, lalu dia pun berkata, "Andainya lebih panjang lagi." Maksudnya, andai lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar pula."

"Ucapan lainnya Ya Rasulullah?" Tanya si isteri mulai tertarik.

Rasulullah s.a.w. menjawab, "Adapun ucapan yang kedua dikatakannya,ketika dia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu dia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan dia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka, dia mengambil mantelnya yang lama, diberikan kepada lelaki itu. Dan mengambil mantelnya yang baru lalu dikenakan pada badannya sendiri. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga dia pun menyesal dan berkata,

"Cuba andaikan yang kuberikan padanya bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi." Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.

"Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya ya Rasulullah?" Tanya si isteri semakin hendak tahu.

Rasulullah s.a.w. menjelaskan, "Ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membahagikan rotimu menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, dia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Kerananya, dia pun menyesal dan berkata, " Kalau aku tahu begini hasilnya, musafir itu tidak aku berikan separuh. Sebab andai kata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda."


Maksud Ayat 110 Surah al-Baqarah;

" Dan laksanakanlah solat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Moral: "Hakikatnya, memang itulah keadilan Alllah. Kalau kita berbuat baik, sebetulnya kita berbuat baik kepada diri kita sendiri. Dan kalau kita berbuat jahat, sebetulnya kita telah berbuat jahat kepada atas diri kita sendiri pula."

Tulang Rusuk Takkan Tertukar..

ana akan ta’aruf dengan ukhti beberapa tahun lagi, ketika ukhti sudah lulus.

untuk apa antum katakan itu skrg akhi?... Jika belum siap adalah jawabannya, lalu mengapa harus antum katakan rencana tersebut pada saya? Tak tahu kah antum, kalimat itu menggoyahkan kekokohan iman yang susah payah saya bangun.

Ketika antum mengatakan: “ana ingin jaga hati ana untuk ta’aruf dengan ukhti nanti

Lantas, apakah dengan antum berkata seperti itu, lalu prilaku antum yang sering menelefon ana itu tidak berarti mengotori hati?. Antum memang sudah seharusnya menjaga hati, hingga tiba saatnya nanti untuk antum berikan seutuhnya kepada wanita yang berhak.”

Ketika antum mengatakan: “hati hati, di sana.. jaga diri baik baik..”

“Bukannya ana tidak suka diperhatikan dan dijaga, tapi cukuplah Allah yang akan menjaga..Bukankah Allah adalah sebaik-baik Pelindung?

Ketika antum mengatakan: “ana harap ukhti tidak ta’aruf dengan orang lain sebelum ana

ana tidak bisa menjanjikan apapun, karena ana tidak tau apa yang akan terjadi nanti..


Sebuah ibroh,

Wahai akhwat, jika datang kepadamu laki-laki baik-baik yang melamarmu, maka bisa jadi dialah pangeranmu.

Wahai ikhwan, jika gadis pujaanmu telah dikhitbah laki-laki lain, maka ikhlaskanlah. Bisa jadi dia bukanlah bidadarimu.

"Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk yang keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji, sedangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yang baik….” (QS.24:26)"

Maka jika nantinya kita tidak berjodoh, mungkin saya tak cukup baik untukmu, pasti ada wanita lain yang lebih baik untukmu.. Dan yakinlah, jika memang aku adalah pasangan dari tulang rusukmu, maka tanpa antum minta untuk tidak ta’aruf dengan orang lainpun, saya akan tatap menjadi pendampingmu..
Karena saya yakin TULANG RUSUK TAKKAN TERTUKAR.